05 October 2023
Untuk memastikan software Anda memiliki kualitas tinggi, harus ada cara untuk mendeteksi kesalahan di dalamnya. Software testing adalah solusi penting untuk masalah ini bagi perusahaan software developer.
Pelanggan yang menggunakan produk Anda, terutama produk software, pasti tidak ingin menemukan kendala ketika menggunakannya. Mereka pasti ingin tujuannya tercapai di sebuah software seperti pembelian barang, pengiriman uang, mencetak laporan keuangan, dan lain-lain.
Pengertian Software Testing
Software testing adalah proses memeriksa kesalahan pada produk yang sedang dikembangkan oleh perusahaan Anda. Software diperiksa apakah ada ditemukan kesalahan, gaps, atau requirements yang hilang. Testing merupakan proses kedua sebelum semuanya berakhir, dilakukan sebelum produk muncul ke pasar. Testing meliputi pemeriksaan, analisis, observasi dan evaluasi produk dari berbagai aspek.
Software testing memakai kombinasi antara uji manual dan menggunakan tools. Penguji akan melaporkan hasil uji softwarenya ke tim developer jika menemukan kesalahan pada produk. Sebuah produk perlu diuji terlebih dahulu sebelum dijual ke pasar agar para pelanggan mendapatkan produk yang berkualitas.
Tujuan software testing itu sendiri adalah untuk memungkinkan organisasi mengidentifikasi bug dan fitur yang tidak memenuhi persyaratan sebenarnya. Ini karena jika perangkat lunak memiliki bug atau kesalahan yang tidak ditentukan, perusahaan harus mengulang proses development. Selain itu, perusahaan juga harus menanggung kerugian sumber daya dan keuangan akibat keterlambatan pengiriman produk. Produk perangkat lunak yang diuji dengan benar memastikan keandalan, keamanan, dan kualitas, yang mengarah pada penghematan waktu, efisiensi biaya, dan kepuasan pada pelanggan.
Mengapa Software Testing Penting?
Testing penting dalam mengukur seberapa baik kualitas aplikasi Anda di mana pengguna dapat menggunakannya (login, menyimpan data, dll.). Itu juga diuji untuk memastikan bahwa aplikasi Anda tidak macet jika data buruk masuk atau sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada perilakunya. Salah ketik saat memasukkan URL, prediksi informasi yang tidak lengkap atau tidak akurat. Aplikasi harus dapat dengan mudah mengambil, memproses, dan menyimpan data, bahkan ketika hanya pengguna yang benar-benar memiliki akses ke data tersebut.
Jenis Software Testing
Testing dapat dikategorikan dalam seberapa banyak implementasi internal dari sistem yang diuji. Kriteria ini dapat diklasifikasikan menjadi white-box, black-box atau grey-box. Testing dapat juga dikelompokkan menjadi fungsional dan non-fungsional, tergantung apakah testing tersebut membuktikan persyaratan bisnis untuk aplikasi tersebut.
Fungsional
Pengujian fungsional adalah proses verifikasi setiap fungsi aplikasi atau software sebelum diluncurkan ke pelanggan. Penguji melakukan verifikasi fungsionalitas dengan serangkaian persyaratan yang ditentukan. Source code software atau aplikasi tidak berperan besar dalam pengujian ini. Menguji behavior (tindakan) software perlu menjadi perhatian.
Jenis pengujian fungsional terdiri dari:
• Unit testing: memeriksa tiap komponen software untuk menguji apakah komponen bertindak sesuai dengan persyaratan atau tidak.
• Integration testing: menguji komponen atau modul individual setelah digabungkan dalam grup.
• System testing: memastikan integrasi dan kelengkapan software beserta spesifikasinya berjalan baik sesuai rencana.
• Sanity testing: menguji penalaran logis terkait dengan kerja program.
• Smoke testing: menguji fungsionalitas sederhana dan dasar seperti apakah pengguna dapat masuk atau keluar software tersebut.
• Interface testing: memeriksa apakah komunikasi antara dua sistem software berjalan dengan benar.
• Regression testing: salah satu fase testing yang paling penting dan lama dari seluruh aplikasi dijalankan setelah fungsionalitas baru diterapkan.
• Beta testing: pengguna yang diminta mencoba produk dan melaporkan bug.
Non-Fungsional
Non-fungsional testing mempertimbangkan beberapa parameter seperti keandalan (reliability), kegunaan (usability), dan kinerja (performance). Non-fungsional testing salah satunya adalah memeriksa berapa banyak pengguna yang dapat masuk ke sistem secara bersamaan.
Jenis pengujian non-fungsional antara lain:
• Performance testing: performa atau kecepatan aplikasi diuji di bawah beban kerja yang dibutuhkan.
• Load testing: menguji perilaku aplikasi di bawah beban kerja yang besar. Jadi, jika Anda menguji website, load testing memeriksa fungsionalitas dan kinerja website dalam traffic tinggi.
• Stress testing: menentukan kekuatan software dengan menilai apakah dapat bekerja di luar operasi biasa atau tidak.
• Volume testing: menguji kinerja sistem dengan menempatkan database ke volume data yang lebih besar.
• Security testing: untuk memeriksa apakah sistem terlindungi dari serangan mendadak atau disengaja dari sumber internal dan eksternal.
• Compatibility testing: untuk memeriksa apakah aplikasi layak dengan berbagai website. Misalnya, apabila Anda menguji aplikasi website, pengujian kompatibilitas berhubungan dengan cara kerja website pada browser atau device yang berbeda.
• Install testing: memeriksa apakah produk berfungsi sesuai harapan setelah pemasangan di device pengguna.
• Recovery testing: untuk menentukan kapasitas aplikasi untuk pulih dari kerusakan dan kegagalan hardware.
• Reliability testing: memeriksa apakah aplikasi dapat melakukan tugas tertentu tanpa kegagalan dalam jangka waktu tertentu. Misal, Anda sedang menguji aplikasi mining cryptocurrency, skenarionya adalah aplikasi dapat mengeksplor terus-menerus selama 8 jam tanpa henti merupakan sesuatu yang Anda cari selama pengujian ini.
• Usability testing: menggali kemudahan penggunaan akhir (end user) dalam mempelajari, mengoperasikan, serta menyiapkan input dan output.
• Compliance testing: menentukan kepatuhan sistem dengan standar eksternal dan internal.
• Localization testing: memeriksa behavior sebuah produk sesuai dengan pengaturan dan lingkungan lokal atau budaya.
Manfaat Software Testing
1. meningkatkan kualitas pada produk
2. meningkatkan keamanan di dalam software
3. menemukan kompatibilitas pada software dengan berbagai perangkat dan platform
4. memastikan fitur yang ada didalam software sudah sesuai dengan kebutuhan pelanggan
Proses Software Testing
Seperti proses lainnya, software testing juga dibagi menjadi cara yang berbeda. Urutan cara ini sering dikenal sebagai siklus hidup (life cycle) software testing. Yuk kita lihat cara singkatnya:
1. Perencanaan : Setiap proses dimulai dengan perencanaan. Di tahap ini, Anda mengumpulkan semua detail yang diperlukan mengenai produk, termasuk daftar tugas yang harus diuji terlebih dahulu. Apabila Anda melakukan uji setelah perbaikan bug, berarti Anda ingin mengetahui bug yang terjadi dan apa tindakan ideal yang perlu dilakukan.
2. Persiapan : Setelah mengetahui apa yang harus Anda lakukan, Anda harus membuat list persiapan untuk pengujian termasuk menyiapkan environment pengujian (termasuk sistem operasi, database, dan tools), mengumpulkan kasus, meneliti fitur produk, dan persiapan lainnya.
3. Eksekusi : Tahap ini adalah saat Anda benar-benar menjalankan tes pada produk. Anda menguji kasus dan mengumpulkan hasilnya. Setelah itu, Anda membandingkan hasilnya dengan hasil yang diharapkan dan melihat apakah produk tersebut berfungsi seperti yang diharapkan atau tidak. Jangan lupa untuk mendokumentasikan dengan mencatat semua testing dan kasus yang berhasil dan gagal.
4. Pelaporan : Ini adalah tahap terakhir software testing, dokumentasi dari semua temuan saat testing dikirimkan ke tim terkait, misalnya developer. Kegagalan kasus uji paling menarik di sini. Penjelasan yang tepat dan jelas mengenai software testing yang dijalankan dan output harus disebutkan.
Artikel Lainnya di Crosstechno:
Website E-commerce VS Marketplace, Lebih Baik yang Mana dalam Bisnis?